Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara
|
|
Association of Southeast Asian
Nations
|
||||||
| ||||||
Motto: One Vision, One Identity, One Community
|
||||||
Seat of Secretariat
|
||||||
Pemimpin
|
||||||
-
|
||||||
-
|
||||||
Pendirian
|
||||||
-
|
8 Agustus 1967
|
|||||
-
|
16 Desember 2008
|
|||||
-
|
Total
|
4,479,210.5 km2
|
||||
-
|
Perkiraan 2010
|
601 juta
|
||||
-
|
135/km2
|
|||||
Perkiraan 2010
|
||||||
-
|
Total
|
US$ 3,084 triliun
|
||||
-
|
US$ 5.131
|
|||||
PDB (nominal)
|
Perkiraan 2010
|
|||||
-
|
Total
|
US$ 1,800 triliun
|
||||
-
|
US$ 2.995
|
|||||
IPM (2011)
|
▲
0,625 (medium) (120¹)
|
|||||
Situs web resmi
asean.org |
||||||
Perhimpunan
Bangsa-bangsa Asia Tenggara (Perbara) atau lebih populer dengan sebutan Association
of Southeast Asian Nations (ASEAN) merupakan sebuah organisasi
geo-politik
dan ekonomi dari negara-negara di kawasan Asia
Tenggara, yang didirikan di Bangkok, 8 Agustus 1967 melalui Deklarasi Bangkok oleh Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand. Organisasi
ini bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, dan
pengembangan kebudayaan negara-negara anggotanya, serta memajukan perdamaian di
tingkat regionalnya. Negara-negara anggota ASEAN mengadakan rapat umum pada
setiap bulan November.
|
Prinsip Utama ASEAN
Prinsip-prinsip
utama ASEAN adalah sebagai berikut:
- Menghormati kemerdekaan, kedaulatan, kesamaan, integritas wilayah nasional, dan identitas nasional setiap negara
- Hak untuk setiap negara untuk memimpin kehadiran nasional bebas daripada campur tangan, subversif atau koersi pihak luar
- Tidak mencampuri urusan dalam negeri sesama negara anggota
- Penyelesaian perbedaan atau perdebatan dengan damai
- Menolak penggunaan kekuatan yang mematikan
- Kerjasama efektif antara anggota
Anggota ASEAN
Sekarang, ASEAN
beranggotakan semua negara di Asia Tenggara (kecuali Timor Leste
dan Papua Nugini). Berikut ini
adalah negara-negara anggota ASEAN:
- Filipina (negara pendiri)
- Indonesia (negara pendiri)
- Malaysia (negara pendiri)
- Singapura (negara pendiri)
- Thailand (negara pendiri)
- Brunei Darussalam (7 Januari 1984)
- Vietnam (28 Juli 1995)
- Laos (23 Juli 1997)
- Myanmar (23 Juli 1997)
- Kamboja (16 Desember 1998)
Sejarah
ASEAN didirikan
oleh lima negara pemrakarsa, yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand di Bangkok melalui Deklarasi Bangkok.
Menteri luar negeri penanda tangan Deklarasi Bangkok kala itu ialah Adam Malik
(Indonesia), Narsisco Ramos (Filipina), Tun Abdul Razak (Malaysia), S. Rajaratnam (Singapura),
dan Thanat Khoman (Thailand).
Isi Deklarasi
Bangkok adalah sebagai berikut:
- Mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial dan perkembangan kebudayaan di kawasan Asia Tenggara
- Meningkatkan perdamaian dan stabilitas regional
- Meningkatkan kerjasama dan saling membantu untuk kepentingan bersama dalam bidang ekonomi, sosial, teknik, ilmu pengetahuan, dan administrasi
- Memelihara kerjasama yang erat di tengah - tengah organisasi regional dan internasional yang ada
- Meningkatkan kerjasama untuk memajukan pendidikan, latihan, dan penelitian di kawasan Asia Tenggara
Brunei
Darussalam menjadi
anggota pertama ASEAN di luar lima negara pemrakarsa. Brunei Darussalam
bergabung menjadi anggota ASEAN pada tanggal 7 Januari 1984 (tepat seminggu setelah memperingati
hari kemerdekannya). Sebelas tahun kemudian, ASEAN kembali menerima anggota
baru, yaitu Vietnam
yang menjadi anggota yang ketujuh pada tanggal 28 Juli 1995. Dua tahun kemudian, Laos dan Myanmar menyusul
masuk menjadi anggota ASEAN, yaitu pada tanggal 23 Juli 1997. Walaupun Kamboja berencana
untuk bergabung menjadi anggota ASEAN bersama dengan Myanmar dan Laos, rencana
tersebut terpaksa ditunda karena adanya masalah politik dalam negeri Kamboja.
Meskipun begitu, satu tahun kemudian Kamboja akhirnya bergabung menjadi anggota
ASEAN yaitu pada tanggal 16 Desember 1998.
Kerjasama ini tidak hanya mencakup bidang ekonomi saja tetapi jugailmu pengetahuan dan teknologi, kebudayaan dan informasi, pembangunan serta keamanan dan kerja sama transnasional lainnya. ASEAN+3 sudah melakukan beberapa pertemuan di antaranya kerjasama keamanan energi ASEAN+3 muncul sebagai akibat semakin meningkatnya kebutuhan energi baik di tingkat regional maupun tingkat dunia. Pertemuan pertama berlangsung pada tangga 9 Juni 2004 di Manila, Filipina dan mensahkan program kegiatan Energy Security Forum, Natural Gas Forum, Oil Market Forum, Oil Stockpliling Forum dan Renewable Energy Forum'Teks ini akan dicetak miring dan masih banyak lagi pertemuan yang dilakukan ASEAN+3 .
Ada beberapa
faktor mengapa ASEAN melakukan kerjasama dengan ketiga negara tersebut,
diantaranya :
1. Jepang
Peran Jepang
sangat diharapkan dalam mengambil peran ekonomi yang lebih tegas. Di sisi lain,
Jepang sendiri terlihat pasif dalam peran kekuatan politik dan militer karena
masih ada rival yang kuat yaitu RRC. Jepang masih mengganggap bahwa kedaulatan
suatu negara sebagai faktor yang paling penting. Kepentingan Jepang di kawasan
seperti yang kita lihat sekarang yaitu: stabilitas kawasan di Asia Tenggara dan
keamanan maritim / the sea lines of communication. Para elit pemerintah Jepang
tampaknya bersikap waspada dan proaktif terhadap setiap perkembangan pada
tataran regional. Jepang harus memberikan perhatian yang lebih besar pada
kestabilan regional. Lagipula Jepang sendiri secara psikologis tentunya masih
merasa sebagai bangsa yang besar di Asia Pasifik. Dalam mengimplementasikan
peranan politik di kawasan ASEAN akan timbul perbedaan pandangan dengan AS.
Instrumen yang paling efektif untuk menghadapi AS adalah ekonomi. Sikap lebih
gentle bangsa Jepang sangat diperlukan untuk menghadapi AS. Jepang sendiri
telah merencanakan peningkatan yang signifikan terhadap kekuatan militernya.
Dan secara langsung maupun tidak langsung, ini akan berimbas pada negara-negara
anggota ASEAN dalam bentuk peningkatan perlombaan senjata di kawasan.
2. RRC
Kontur dimensi
multipolar yang kian kompleks mengharuskan tiap negara anggota ASEAN untuk
adaptif terhadap dinamika geopolitik dan geostrategi kawasan. Seperti pada
peningkatan kemampuan militer RRC yang oleh Amerika Serikat pun dipandang
sebagai sebuah ancaman. International Role RRC telah terbuka lebar dengan
diundangnya modal dan teknologi dari Barat dan Jepang. RRC tampaknya akan terus
mempertahankan kepentingan dan strategic influence mereka di kawasan ASEAN baik
secara politik maupun militer. Ada keprihatinan mengenai tindakan RRC beberapa
tahun yang lalu di Kepulauan Spratley. Pengembangan lembaga-lembaga keamanan
yang lebih kuat di kawasan sangat diperlukan. Di bidang ekonomi dan industri,
langkah RRC yang mendorong warganya bermigrasi dari daerah pedesaan ke
kota-kota untuk menciptakan 270 juta pekerjaan dalam 10 tahun ke depan patut
diapresiasi. Kepentingan utama RRC terhadap negara-negara Asia terfokus pada
pembangunan ekonomi yang cepat, dan bagi RRC, untuk diakui sebagai kekuatan
Asia yang besar juga sangat penting. Dalam sebuah novel terbitan tahun 1997
yang menggambarkan terjadinya perang berskala global antara Amerika Serikat
melawan RRC, diceritakan bahwa pemicunya adalah serangan RRC ke Laut Cina
Selatan dan invasi militer RRC ke Vietnam. Walaupun novel tersebut adalah fiksi
belaka, namun tetap ada korelasinya dengan kondisi yang terjadi saat ini, dan
ada kemiripan dengan apa yang diungkapkan oleh pakar politik AS Samuel
Huntington dalam bukunya The Clash of Civilization.
Begitu juga
dengan Korea Selatan, tidka dapat dipungkiri bahwa perekonomian di negara tersebut
sangat maju dan dilihat dari kemitraan ASEAN dengan Korea Selatan berjalan
dengan lancar seperti yang dikatakan oleh Presiden Korea Selatan , Lee Myung
Bak pada tahun 2009 bahwa perdagangan ASEAN-Korsel telah tumbuh 11 kali lipat
dalam dua dekade terakhir menjadi senilai US$ 90,2 miliar tahun lalu, kata Lee.
Angka tersebut bahkan diperkirakan akan meningkat menjadi US$ 150 miliar pada
2015.Dan berencana untuk meningkatakannya lebih baik lagi dan selain itu
melakukan pertukaran budaya dan sebagainya .
Kerjasama ASEAN dengan India
India menjadi
mitra wicara penuh ASEAN pada KTT ke-5 ASEAN di Bangkok, Thailand tanggal 14-15
Desember 1995 setelah sebelumnya menjadi Mitra wicara sektoral sejak 1992. Pada
KTT ke-1 ASEAN-India di Phnom Penh, Kamboja tanggal 5 November 2002 para
Pemimpin ASEAN dan India menegaskan komitmen untuk meningkatkan kerja sama
dalam bidang perdagangan dan investasi, pengembangan sumber daya manusia, ilmu
pengetahuan dan teknologi, teknologi informasi dan people to people contacts.
Komitmen ASEAN dan India tersebut dikukuhkan melalui penandatanganan
ASEAN-India Partnership for Peace, Progress and Shared Prosperity and Plan of
Action pada KTT ke-3 ASEAN-India di Vientiane, Laos tanggal 30 November 2004.
Hubungan kerja
sama Indonesia-India di bidang ekonomi dan perdagangan mulai timbul seiring
dengan adanya upaya-upaya ke arah kerja sama antara ASEAN dan Asosiasi Kerja
Sama Regional Asia Selatan (SAARC) untuk menuju kerja sama yang lebih luas di
kawasan Asia. Secara lebih konkret lagi, hubungan dan kerja sama yang lebih
dekat telah terwujud dalam hubungan kemitraan antara ASEAN dan India melalui
format pertemuan tingkat tinggi ASEAN+1 (India), di mana pertemuan keduanya
diadakan di Bali pada bulan Oktober 2003 lalu.
Dikutip Dari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar